Ice Breaking adalah padanan dua kata Inggris yang mengandung makna “memecah
es”. Istilah ini sering dipakai dalam training dengan maksud menghilangkan
kebekuan-kebekuan antar peserta dengan peserta serta peserta dengan fasilitator kegiatan, sehingga mereka saling mengenal,
mengerti dan bisa saling berinteraksi dengan baik antara satu dengan yang
lainnya. Hal ini dimungkinkan karena perbedaan status, usia, pekerjaan,
penghasilan, jabatan dan sebagainya akan menyebabkan terjadinya dinding pemisah
antara peserta yang satu dengan yang lainnya. untuk melebur dinding-dinding
penghambat tersebut, diperlukan sebuah proses ice breaking.
2. Tujuan
3. Metode
Tujuan
dilaksanakan ice breaking ini adalah :
a. Terciptanya
kondisi-kondisi yang equal (setarap) antara sesama peserta dalam forum
training.
b. Menghilangkan
sekat-sekat pembatas di antara peserta, sehingga tidak ada lagi anggapan si anu
pintar, si anu bodoh, si anu kaya, si anu bos dan lain sebagainya, yang ada
hanyalah kesamaan kesempatan untuk maju.
c. Terciptanya
kondisi yang dinamis di antara peserta
d. Menimbulkan
kegairahan (motivasi) antara sesama peserta untuk melakukan aktivitas selama
training berlangsung.3. Metode
Banyak metode
yang dapat dilakukan dalam ice breaking ini, di antaranya :
a. Metode
Ceramah, pelatih melakukan terlebih dahulu ceramah pembuka yang pada
hakikatnya menjelaskan tentang beberapa hal, antara lain : pentingnya kesatuan
dalam suatu komunitas, persamaan hak di antara sesama peserta, perlakukan yang
sama, tim building, kesadaran potensi, kerjasama antar kelompok dll.
b. Metode
Studi Kasus, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta untuk ikut andil
memecahkan persoalan-persoalan praktis sehari-hari yang ditawarkan oleh
pelatih, tujuannya adalah ;
- Untuk
melihat potensi awal yang dimiliki masing-masing peserta baik dari segi
afektif, kognitif maupun psikomotornya.
- Membiasakan
peserta untuk berinteraksi dengan kelompoknya yang baru, dengan bertanya,
menanggapi atau mengamati peserta lain.
- Memberikan
pengertian bahwa sejak hari itu mereka akan menjadi sebuah keluarga (sanak
famili) sampai kapanpun.
c. Metode
Sinetik, yaitu sebuah metode pengembangan sumbang saran, dimana dalam suatu
pemecahan masalah dipadukan berbagai pendapat dari berbagai disiplin ilmu
sehingga memunculkan solusi yang lebih kreatif terhadap persoalan yang muncul.
d. Metode Lorong
Penuh Liku, metode ini dimulai dari membaca beberapa halaman dari buku,
kemudian dipaksa untuk membuat keputusan. Berdasarkan keputusan itu peserta
diinstruksikan untuk membuka pada suatu halaman tertentu yang telah disusun
secara acak. Kemudian diberikan sebuah skenario yang berdasarkan keputusan yang
telah dibuat dan keputusan lebih lanjut akan mengirim anda ke halaman muka atau
halaman-halaman belakang dari buku, sampai akhirnya peserta keluar dari
lorong-lorong tersebut, mungkin setelah melakukan beberapa langkah-langkah yang
salah. (untuk penggunaan teknik ini, pelatih harus terlebih dahulu
mempersiapkan bahan-bahannya).
e. Metode
Simulasi dan Permainan, metode ini merupakan metode yang paling mudah
dilakukan, pelatih mempersiapkan beberapa permainan yang bertujuan untuk
memecah kebekuan (ice breaking games) peserta. Permainan ini banyak
sekali bentuknya, di antaranya adalah ; permainan lempar kokarde, pesan
berantai, ziq-zaq dan lain-lain. Tujuan simulasi ini adalah :
- Terciptanya
keakraban di antara peserta.
- Masing-masing
peserta dapat menghafal nama dan beberapa identitas penting peserta lainnya.
- Tertanamnya
anggapan bahwa mereka adalah satu kesatuan (solidaritas) “bila satu sakit, yang
lain akan ikut merasakannya”.
4. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Saat Ice Breaking
4. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Saat Ice Breaking
1. Seorang Fasilitator
haruslah mempunyai naluri (feeling) khusus yang kuat ketika melakukan
proses ice breaking. Ia harus tahu saat peserta sudah lebur atau belum dan
masih harus dileburkan. Ketika peserta belum lebur namun ice breaking sudah
dihentikan, hal ini akan menyusahkan sewaktu penyajian materi berikutnya.
2. Saat
melakukan ice breaking, seorang pelatih harus sudah dapat mendeteksi, (minimal
beberapa orang dari peserta sudah masuk dalam memorinya) tentang potensi awal,
sikap, sifat dan “karakteristik special” seorang peserta.
3. Waktu yang
disediakan untuk melakukan ice breaking sangat kondisional, tergantung kepada
tingkat keleburan peserta. Ada peserta yang mudah lebur dan ada yang sulit
lebur, karena perbedaan pendidikan, latar belakang, dll yang sangat signifikan.
Oleh karena itu seorang pelatih harus mempunyai beberapa “jurus simpanan” yang
harus dikeluarkannya bila peserta sulit mengalami peleburan antara satu dengan
yang lainnya.
4. Menimbulkan
kesan positif, seorang pelatih haruslah dipandang oleh peserta dalam pandangan
yang positif, baik dari segi pendapat, sikap, sifat dan interaksinya dengan
peserta, karena tidak menutup kemungkinan nanti seorang pelatih akan menjadi
tempat “curhat” paling dipercaya bagi peserta yang mengalami
persoalan-persoalan khusus.
0 comments:
Post a Comment